beranda, ruangekspresi

‘Kudu’ Berkembang Kilat Demi Emas

Lagi-lagi Hendra Setiawan memberikan poin cuma-cuma ke pasangan Jepang Hayakawa/Endo setelah servicenya gagal. Komentator di televisi pun terus menyebutkan kalau pasangan Indonesia Hendra/Mohamad Ahsan terlalu tegang sehingga banyak melakukan kesalahan sendiri.

“Kita lihat 4 poin dari total 6 poin yang diraih pasangan Jepang berasal dari kesalahan pasangan kita [Indonesia],” sebut komentator saat set kedua posisi kedudukan 9-6 unggul pasangan Indonesia.

Beberapa kali Ahsan kian trengginas di set kedua, smashnya membuat Hayakawa maupun Endo hanya bisa melihat shuttlecock jatuh di wilayahnya. Bahkan, pada awal-awal set kedua, wajah Hayakawa hampir kena terjangan shuttlecock hasil  sambaran Ahsan.

Nah ini yang ditunggu-tunggu, Ahsan yang mainnya lebih ngotot, mungkin pasangan Indonesia ini seperti mesin diesel, lamban panasnya,” sebut komentator televisi swasta nasional.

Set kedua pun mampu diambil ahli pasangan Indonesia dengan skor 21-16 dan membuat Hayakawa dan Endo harus kembali berjuang di rubber set. Sayangnya, pada set ketiga pasangan Indonesia harus mengakui keunggulan pasangan Jepang itu setelah dikandaskan 14-21.

Dari pengamatan awam saya, kekalahan pasangan Indonesia ini dikarenakan perkembangan mereka [Hendra/Ahsan] dalam dua tahun terakhir sedikit melambat, sedangkan pasangan dari negara-negara unggulan seperti China, Korea Selatan, dan Jepang sangat cepat sekali perkembangannya. Alhasil, permainan pasangan Indonesia ini mudah terbaca karena hampir tidak ada perubahan signifikan dari strategi mereka berdua.

Ada perubahan yang mulai tampak adalah penempatan shuttlecock oleh Hendra di depan net kerap mengejutkan lawan. Namun, tak jarang juga aksi itu berbuah poin untuk lawan tatkala gagal melewati net, memang pukulan tipis di atas net yang mengejutkan lawan itu kemampuan yang cukup sulit dan berisiko tinggi.

Di sisi lain, Ahsan tidak menunjukkan perkembangan atau perubahan gaya serang selain mengandalkan smashnya. Pertahanan Hayakawa/Endo yang solid ditambah keuletan mereka berdua kerap mementahkan smash andalan Ahsan tersebut.

Paling sial, saat  posisi Ahsan dalam keadaan kalah angin yang membuat smashnya kian mudah dibalikkan kembali dan malah menjadi bumerang. Pasangan andalan ganda putra Indonesia ini harus mempersiapkan ramuan khusus yang tidak biasa bila ingin merengkuh emas.

Pasalnya, dari segi pertahanan, tampaknya Hendra/Ahsan saat ini tidak sekokoh beberapa tahun lalu atau mungkin saat Hendra masih berpasangan dengan Markis Kido. Begitu pula dari sisi serangan, pukulan Hendra tidak sekencang beberapa tahun lalu yang kerap membuat lawan terkejut dengan wajah dinginnya tersebut.

Pilihan gaya bermain Hendra dengan menempatkan shutttlecock pada posisi yang tidak terduga bagi lawan cukup baik untuk menjaga stamina maupun merusak irama permainan lawan. Hanya saja, memang strategi ini harus dimatangkan lagi agar potensi kesalahannya dapat diminimalisir serta membuat berbagai variasi kejutan agar tidak cepat terbaca lawan.

Tugas selanjutnya adalah membuat smash andalan Ahsan lebih efektif dan efisien agar tenaga yang dikeluarkan tidak sia-sia. Selain, Ahsan pun harus melihat posisi yang benar-benar sempurna untuk menyambar dengan pukulan andalannya tersebut, apalagi ketika posisi sedang kalah angin.

Kedua hal itu akan sangat berguna bila pasangan andalan Indonesia ini berhadapan dengan permainan cepat China, Korea Selatan, dan permainan ulet dari Jepang. Namun, dalam pertandingan olahraga pun ada faktor X yang tidak pernah prediksi akan menguntungkan atau memberikan nasib sial kepada siapapun.

Semoga bulutangkis Indonesia bisa menyumbangkan emas dalam Olimpiade kali ini. Gelaran olimpiade terakhir untuk Hendra/Ahsan dan Tontowi/Lilyana semoga juga bisa meraih medali logam mulia berwarna kuning tersebut.

Sementara itu, berbicara pasangan Hayakawa/Endo, ada kejadian yang mungkin bisa dijadikan contoh untuk menyemangati diri sendiri pada kejuaraan dunia  BWF 2015 yang digelar di Jakarta. Pada semifinal, pasangan Jepang itu harus berhadapan dengan unggulan kesembilan Liu Xiaolong/Qiu Zihan asal China.

Pada set pertama, Hayakawa/Endo kalah 16-21 lewat permainan yang cukup gemilang dari pasangan China tersebut. Pada set kedua, nasib pasangan Jepang itu masih belum berubah hingga memasuki interval set kedua.

Hayakawa, yang tampak tegang dan tertekan, kerap berteriak “Woiiiii” sebelum melakukan service. Penonton yang sebagian besar warga Indonesia pun membalas teriakan Hayakawa dengan “Woiiii Juga”.

Teriakan Hayakawa itu adalah sebagai salah satu caranya untuk lepas dari ketegangan dan agar bisa lebih lepas  bermain. Akhirnya, setiap dia berteriak “Woiii” poin pun berturut-turut mengalir ke pasangan Jepang itu sampai berhenti ketika service terakhir Hayakawa tidak berteriak.

Saat itu, saya berguyon, teriakan Hayakawa itu seperti jurus atau jimatnya agar bisa dapat poin terus. Mungkin dapat dari kuil di Jepang sebelum dia berangkat ke Indonesia.

Walaupun, alhasil kalah dengan memaksa pasangan China bermain tiga set, tetapi Hayakawa benar-benar bersikeras dan mental bertarungnnya kuat di tengah Endo yang tampak sudah mulai menyerah. Mungkin, pemain Indonesia harus mencontoh karakter Hayakawa yang tidak mau menyerah sampai akhir dan mencoba menenangkan dirinya di tengah pertandingan dengan apapun caranya termasuk teriakan tersebut.

Standar

Tinggalkan komentar